Kamis, 27 September 2012

Cerita Lucuku

Cerita lucuku
Cerita ini dimulai ketika saya pulang kuliah pada hari minggu. Hari itu saya tarburu-buru pergi ke parkiran untuk menjemput motor saya. Ya alasannya biar cepet dapet terus cepet pulang juga. Tapi sampai di parkiran saya lupa markir motor di mana tadi pagi. Saya cari di tempat biasanya saya markir gak ada. Mau tanya mas penjaganya lagi sibuk ngurusin motor yang lain. Dari awal pengen cepet-cepet eh malah kaya keong abis digebukin warga, mondar-mandir nyari motor. Setelah tanya mas penjaganya baru bisa nemuin tu motor.
“Tadi saya pindah mas, soalnya nutupin bis mau lewat.” kata mas penjaga.
“Nutupin bis mas? Itu bis ngapain nyasar sampek parkiran sini? Emang di pinggir jalan gak   ada pakiran bis?” tanya saya sambil terheran.
“Ya cuma numpang lewat doang mas kata sopirnya.” jawab mas penjaga sambil sedikit   tersenyum.
“Emang gak ada parkiran lain buat lewat? sampek harus lewat sini.” Tanya saya sedikit kesel.
Setelah ngluarin motor dari barisan, saya langsung meluncur di atas jalanan kota menuju rumah. Saya memacu motor dengan kecepatan di atas rata-rata hari biasa. Saat itu saya mengendarai motor dengan kecepatan 60 km/jam, yang biasanya cuma sekitar 50 km/jam. Ya memang lebih cepet dari biasanya, tapi tu motor malah jadi kaya onta kehausan, berisik banget suaranya. Udah suaranya gak jelas nadanya, berisik pula kaya cewek-cewek lagi ngrumpi. Untung orang-orang lain di jalan pake helm standart termasuk saya, jadi suaranya bisa melemah sampai di telinga. Coba kalau gak pake helm standart pasti udah banyak kecelakaan di jalan karena pada lepas stir untuk nutupin telinga karena suara motor berisik.
Setelah kira-kira 15 menit, alhamdulillah saya sampai di rumah dengan selamat sentosa tidak kurang suatu apapun. Walaupun saya yakin pasti bensin motor berkurang dengan drastis karena kecepatan yang luar biasa di jalan tadi. Sampek di rumah udah capek, panas, ngantuk, dan lain-lain, pas mau ke kamar istirahat, adik cewek saya yang pertama dan satu-satunya, saya lupa umur dia saat itu. Dia datang menghampiri saya dengan terseok-seok sambil mengucapkan:
“Mas, roda sepeda ku kempesss…” kata adikku dengan suara pelan.
Saya tau apa maksud dia saat itu. Maksud dia saat itu tak lain dan tak bukan adalah meminta ku untuk memompa roda sepedanya yang kempesss. Walaupun saat itu saya sedang capek berat, tapi siapapun orang yang melihat dia pasti tidak tega untuk tidak melakukan apa yang dia inginkan. Pasawat yang baru lepas landas pun kalau melihat ekspresi wajah dia saat itu pasti landing lagi karena gak tega. Karena saat itu dia meminta dengan raut wajah yang sangat memilukan dengan sedikit cairan yang keluar dari lubang hidungya. Seperti bebek yang sedang galau karena baru baru putus dari pacarnya. Dan memang basic saya adalah orang yang gak tegaan, jadi saya mau bantu dia dan menyuruh dia meminjam pompa di negara tetangga. Eh salah ding, maksudnya di rumah tetangga. Kalau minjam di negara tetangga nanti malah diklaim sebagai warga negara mereka lagi. Emangnya adikku blok Ambalat????? Lalu saya bilang ke adikku, “Yaudah pinjem pompa sana di tetangga sebelah, tapi jangan putus asa kalau gak ada orang di rumah, kan masih banyak tetangga yang punya pompa sepeda!!!”
Setelah saya suruh meminjam pompa sepeda, adik saya langsung melangkahkan kakinya dengan sedikit tertatih menuju rumah tetangga. Karena saya yakin dia sebenarnya tidak bener-bener mau saya suruh meminjam pompa sepeda. Tetapi berhubung adik saya orangnya juga tidak tegaan, apalagi saya menyuruh dia dengan ekspresi wajah yang tidak kalah memelas dari dia,jadi dia mau berangkat meminjam pompa di rumah tetangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar