Cerita lucuku
Cerita
ini dimulai ketika saya pulang kuliah pada hari minggu. Hari itu saya
tarburu-buru pergi ke parkiran untuk menjemput motor saya. Ya alasannya
biar cepet dapet terus cepet pulang juga. Tapi sampai di parkiran saya
lupa markir motor di mana tadi pagi. Saya cari di tempat biasanya saya
markir gak ada. Mau tanya mas penjaganya lagi sibuk ngurusin motor yang
lain. Dari awal pengen cepet-cepet eh malah kaya keong abis digebukin
warga, mondar-mandir nyari motor. Setelah tanya mas penjaganya baru bisa
nemuin tu motor.
“Tadi saya pindah mas, soalnya nutupin bis mau lewat.” kata mas penjaga.
“Nutupin
bis mas? Itu bis ngapain nyasar sampek parkiran sini? Emang di pinggir
jalan gak ada pakiran bis?” tanya saya sambil terheran.
“Ya cuma numpang lewat doang mas kata sopirnya.” jawab mas penjaga sambil sedikit tersenyum.
“Emang gak ada parkiran lain buat lewat? sampek harus lewat sini.” Tanya saya sedikit kesel.
Setelah
ngluarin motor dari barisan, saya langsung meluncur di atas jalanan
kota menuju rumah. Saya memacu motor dengan kecepatan di atas rata-rata
hari biasa. Saat itu saya mengendarai motor dengan kecepatan 60 km/jam,
yang biasanya cuma sekitar 50 km/jam. Ya memang lebih cepet dari
biasanya, tapi tu motor malah jadi kaya onta kehausan, berisik banget
suaranya. Udah suaranya gak jelas nadanya, berisik pula kaya cewek-cewek
lagi ngrumpi. Untung orang-orang lain di jalan pake helm standart
termasuk saya, jadi suaranya bisa melemah sampai di telinga. Coba kalau
gak pake helm standart pasti udah banyak kecelakaan di jalan karena pada
lepas stir untuk nutupin telinga karena suara motor berisik.
Setelah
kira-kira 15 menit, alhamdulillah saya sampai di rumah dengan selamat
sentosa tidak kurang suatu apapun. Walaupun saya yakin pasti bensin
motor berkurang dengan drastis karena kecepatan yang luar biasa di jalan
tadi. Sampek di rumah udah capek, panas, ngantuk, dan lain-lain, pas
mau ke kamar istirahat, adik cewek saya yang pertama dan satu-satunya,
saya lupa umur dia saat itu. Dia datang menghampiri saya dengan
terseok-seok sambil mengucapkan:
“Mas, roda sepeda ku kempesss…” kata adikku dengan suara pelan.
Saya
tau apa maksud dia saat itu. Maksud dia saat itu tak lain dan tak bukan
adalah meminta ku untuk memompa roda sepedanya yang kempesss. Walaupun
saat itu saya sedang capek berat, tapi siapapun orang yang melihat dia
pasti tidak tega untuk tidak melakukan apa yang dia inginkan. Pasawat
yang baru lepas landas pun kalau melihat ekspresi wajah dia saat itu
pasti landing lagi karena gak tega. Karena saat itu dia meminta dengan
raut wajah yang sangat memilukan dengan sedikit cairan yang keluar dari
lubang hidungya. Seperti bebek yang sedang galau karena baru baru putus
dari pacarnya. Dan memang basic saya adalah orang yang gak tegaan, jadi
saya mau bantu dia dan menyuruh dia meminjam pompa di negara tetangga.
Eh salah ding, maksudnya di rumah tetangga. Kalau minjam di negara
tetangga nanti malah diklaim sebagai warga negara mereka lagi. Emangnya
adikku blok Ambalat????? Lalu saya bilang ke adikku, “Yaudah pinjem
pompa sana di tetangga sebelah, tapi jangan putus asa kalau gak ada
orang di rumah, kan masih banyak tetangga yang punya pompa sepeda!!!”
Setelah
saya suruh meminjam pompa sepeda, adik saya langsung melangkahkan
kakinya dengan sedikit tertatih menuju rumah tetangga. Karena saya yakin
dia sebenarnya tidak bener-bener mau saya suruh meminjam pompa sepeda.
Tetapi berhubung adik saya orangnya juga tidak tegaan, apalagi saya
menyuruh dia dengan ekspresi wajah yang tidak kalah memelas dari
dia,jadi dia mau berangkat meminjam pompa di rumah tetangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar