-
Puasa secara bahasa berarti menahan diri dari melakukan sesuatu. Namun
bagaimana jika kita tanpa sadar tersulut emosi? Bagaimana meredamnya?
Dosen
IAIN Antasari Banjarmasin Hj Masyitah Umar mengatakan puasa berarti
menahan diri dari segala hal yang membatalkan mulai dari terbit fajar
hingga terbenam matahari dengan niat serta beberapa persyaratan
tertentu.
Salah satu yang dapat mengurangi nilai puasa, bahkan
dapat membatalkannya adalah emosi yang tak terkendali. Tuntunan dalam
syari'ah agar emosi dapat dikendalikan antara lain:
1. Segera
berwudu, karena dapat menyegarkan anggota badan tertentu dan tentu
dengan mengingat Allah. Imam Al-Maraghi menyebutkan orang yang bersuci
dengan wudu artinya orang yang bebas dari cacat dan kekurangan baik
fisik maupun mental, sehingga seseorang mampu untuk mengendalikan
dirinya (ensiklopedi makna Alqurab: 406),
Dengan berwudu semua
pancaindra menjadi dingin, termasuk kepala, kedua tangan dan kedua kaki,
semunya menjadi bersih dan Allah menyukai orang-orang yang bersih (QS
Al-Taubah ayat 108). "Aththahuuru nishful iimaani." Artinya bersuci
adalah separuh iman. (Diriwayatkan oleh Tirmizi dan Muslim)
2.
Rangkaian dari wudu berikutnya adalah dengan niat dan mengingat Allah.
Dengan mengingat Allah, seseorang akan dapat menyadari bahwa dia,
misalnya tidak boleh marah, dendam, dengki dan melakukan sesuatu yang
dapat merusak puasanya dan lain-lain (Sabda Rasulullah SAW riwayat
Bukhari dan Abu Daud): "Ashshiyaamu junnatun, faidzaa kaana ahadukum
shaaunan falaa yarfats, walaa yajhal, fainim ruu-un qaa au syaatamahu
fak yaqul: innii shaaimun ...., Artinya: Puasa itu merupakan benteng,
maka jika salah seorang diantaramu berpuasa, janganlah ia berkata keji
dan mencaci maki, seandainya ada orang yang mengajaknya berkelahi atau
mencaci makinya hendaklah dikatakannya: saya ini berpuasa ..... Artinya
puasa harus mampu mengendalikan diri (emosi), sehingga jiwanya akan
tenang.
Perhatikan QS Al-Ra'du 28, berikut: "Alaa bidzikrillahi
thathmainnuk quluubu". (QS Al-Ra'du ayat 28). Artinya: Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
3. Ucapkanlah
sebanyak-banyaknya astaghfirullahal adziim (aku mohon ampunan kepada
Allah yang Maha Agung; dan sembari ketika emosi membara kemudian
kemudian tertuju kepada lain, upayakan bahwa kita hanya mengingat
hal-hal positif dari orang lain tersebut. Maafkanlah dan lupakanlah
hal-hal yang buruj yang ada pada orang lain (senantiasa positif
thinking) atau berpikir positif.
Dalam Kitab Ihya Ulumuddin Imam
Al-Gazhali, bahwa emosi dapat dikendalikan dengan melalui puasa, karena
berpuasa dapat melatih kesabaran seseorang. Saba Rasulullah SAW, riwayat
Tirmizi dan Ibnu Majah: "Ashshumu nishfus shabri: "Artinya, puasa
adalah separuh kesabaran. Demikian pula QS Al-Zumar ayat 10, bahwa
kesabaran akan dapat pahala dari Allah dan dapat mengendalikan emosi.
Jadi
menghadapinya; perbanyak istighfar, berwudu, sehingga kita dapat
bersabar (menahan atau kendali hati) untuk mengingat Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar